Rabu, 09 September 2009

AKHLAQ DI DALAM ISLAM

Akar kata ‘AKHLAQ’ dalam bahasa ‘Arab adalah ‘kholaqo’ (masdar tsulastsy) yang merupakan akar pula kata-kata ‘kholiq’, ‘kholq’ dan ‘makhluq’. ‘kholaqo’ sendiri berarti menciptakan. Ketiga buah kata ‘Kholiq’, ‘Akhlaq’ dan ‘makhluq’ murapakan kata yang saling berhubungan erat. Dan ini bisa kita sama-sama rujuk kepada Al-Qur’an, surah Ar-Rahmaan ayat 1-4: “Ar-Rahmaan (Allah, Al-Kholiq). (Yang) Mengajarkan Al-Qur’an. (Yang) Menciptakan (kholaqo) Manusia (Al-Insaan, Al-Makhluuq). (Yang) mengajarkannya Al-Bayaan.” Insya’ Allah, dengan bashirah (daya pandang) yang senantiasa dituntun oleh fitrah yang suci, kita akan memahami hakikat ayat ini bahwa: Allah adalah Al-Khaliq yang telah menciptakan makhluq-Nya (manusia) dan membekalinya, menuntunnya, mengajarkan melalui utusannya Al-Qur’an yang merupakan penjelas bagi segala sesuatu (Al-Bayaan). Dengan berbekal dan berpedoman kepada Al-Qur’an manusia menjadi terbimbing dan terarah hidupnya. Jadi akhlaq didalam Islam bukanlah semata-mata sopansantun, etika, atau moral dan hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Islam selalu menyertai definisi dari sisi syari’ah disamping definisi secara bahasa. Ketika Islam (baca: Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW) memperkenalkan sebuah kata atau menggunakan kata yang sudah lazim digunakan manusia, maka kita harus memahami dalam konteks apakah hal itu digunakan? Karena kata-kata yang digunakan Al-Qur’an dan As-Sunnah seringkali memiliki arti sendiri/khas yang tidak selalu sama dengan definisi umum (baca: bahasa).
Adalah keliru jika kita sebagai seorang muslim hanya menggunakan definisi secara bahasa saja. Misalnya kata sholat yang dalam pengertian bahasa adalah do’a, maka dengan berpedoman pada pengertian sholat sebagai do’a akan kacau balaulah sholat kaum muslimin karena masing-masing merasa bebas untuk mengekspresikan do’anya. Namun ketika RasululLah SAW menyatakan ‘Sholluw kama roaytumuniy usholliy’ (sholatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku sholat) dan RasululLaah SAW mempraktekkan shalat, maka disitulah definisi syar’i-nya diberikan, yaitu ‘gerakan-gerakan yang diawali dengan takbiiratu ‘l-Ihraam dan diakhiri dengan salam, dikerjakan dengan syarat dan rukun tertentu.” Demikian pula kata ‘Al-Jaahiliyyah’ yang diambil dari bahasa ‘arab (akar katanya ‘Jahala’), namun tidak pernah digunakan oleh orang ‘arab sendiri sampai Al-Qur’an menggunakannya. Karena itu definisi secara bahasanya yaitu bodoh tidak ber- ilmu’ haruslah diiringi arti secara Al-Qur’an sebagai penentu akan esensi kata tersebut (Ma’na Al-Jaahiliyyah mudah-mudahan sudah pernah dikupas…). ‘Akhlaq’-pun tidak terlepas dari definisi secara syar’i. Perhatikan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad berikut ini: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia (makaarima ‘l-Akhlaaq).”
Disitu digunakan kata akhlaq-nya menggunakan Alif-lam yang sama dengan ‘the’ dalam bahasa Inggeris, jadi sudah spesifik apa yang dimaksud dengan Al-Akhlaaq disitu, dan tentunya bukanlah semata-mata etika, sopansantun atau moral. Ibunda ‘Aisyah ra menerangkan: “Adalah akhlaq beliau (RasululLaah SAW) itu Al-Qur’an.” Al-Qur’an telah menegaskan pula bahwa:”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlaq mulia (khuluqin ‘adhiim).” (QS. Al-Qolam:4). Dari hadits-hadits dan ayat diatas dapat dipahami bahwa Al-Akhlaaq, sebagaimana Islam itu sendiri, bersifat menyeluruh dan universal. Ia merupakan tata nilai yang memang diset-up oleh Al-Khaliq bagi manusia untuk kemudahannya dan kesejahteraannya dalam menjalankan missi kekhalifahannya dimuka bumi ini. Ia merupakan tata nilai yang selalu selaras dengan fitrah kemanusiaannya dan sudah pasti sinkron/nyambung dengan Al-Qur’an dan Sunnah RasuluLaah SAW.
2. Kemudian, Allah SWT tidak membiarkan kita untuk menginterpretasikan tata nilai tersebut semaunya, berstandard seenaknya, tapi juga memberikan kepada kita RasululLaah SAW yang menjadi uswah hasanah. RasuluLaah SAW merupakan insan kamil, manusia paripurna, yang tidak ada satupun sisi-sisi kemanusiaan yang tidak disentuhnya selama hidupnya. Ia adalah ciptaan terbaik yang kepadanya kita merujuk akan akhlaq yang mulia. Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang mulia.” (QS. Al-Qolam:4) “Sesungguhnya telah ada dalam diri RasululLaah suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu orang-orang mengharapkan (keridhoan) Allah dan (kebahagiaan) hari akhirat, serta banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab:21) Bagaimana kehidupan sebagai pribadinya adalah rujukan kita. Cara makan dan minumnya adalah standard akhlaq kita. Tidur dan berjalannya adalah juga standard kita. Tangisnya, senyumnya, berfikir dan merenungnya, bicaranya dan diamnya adalah juga merupakan tangis, senyum, berfikir dan merenungnya, bicara dan diamnya kita. Kehidupannya sebagai kepala rumah tangga, anggota masyarakat, kepala negara, da’i, jenderal perang adalah rujukan kehidupan kita.
Demikianlah, Rasulullah SAW memang telah menjadi ukuran resmi yang Allah SWT turunkan bagi kita, dan sampai kapanpun ini tidak akn pernah berubah. Contoh-contoh akhlaq beliau: RasululLaah SAW bersabda sehubungan dengan akhlaq hati dan lisan: “Iman seorang hamba tidaklah lurus sehingga lurus hatinya. Dan tidak akan lurus hati seorang hamba sehingga lurus lisannya.” (H.R. Ahmad) Sehubungan dengan hubungan sosial, beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau diam.” (H.R. Bukhari dan Muslim) Dan masih banyak lagi ibrah lainnya dari kehidupan RasululLaah SAW, yang tidak akan mungkin cukup kolom ini mengungkapkannya, yang menunjukkan keagungan dan kemuliaan akhlaq beliau, baik akhlaq terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap makhluq lainnya dan tentunya akhlaq terhadap Khaliqnya.
3. Jadi akhlaq Islam itu sudah ada formatnya dan juga mapan, berlainan dengan ‘akhlaq’, moral, etika dalam sistem budaya buatan manusia diluar Islam yang tidak pernah memiliki standar baku dan senantiasa berubah bergantung pada main stream budaya yang ada pada waktu itu. Ukuran kebaikkan dan kesopanan begitu relatif dan variatif, bergantung kepada tempat dan waktu. Dahulu dua orang yang (ma’af) berpelukan dan berciuman di depan umum akan dianggap hal yang sangat memalukan dan tidak patut, namun sekarang hal itu dianggap biasa dan patut-patut saja. Seseorang yang memegang minuman keras dengan tangan kiri sambil berjalan modar-mandir dan tertawa-tawa adalah hal sangat bisa diterima oleh umum dimanapun, namun tidak oleh Islam, dan Islam tidak mentolerirnya sejak RasululLaah SAW ada sampai sekarang. Imam Al-Ghazaly menyatakan bahwa akhlaq adalah perbuatan seseorang yang dilakukan tanpa berfikir lagi, yaitu sesuatu yang sudah menjadi kebiasaanya sehingga dikerjakan dengan spontan. Misalnya orang yang senantiasa makan dan minum dengan tangan kirinya, maka dimanapun, dan dalam keadaan bagaimanapun ia akan spontan makan dan minum menggunakan tangan kirinya. Orang yang tidak terbiasa mengucapkan salam kepada sesama muslim dan terbiasa mengucapkan ‘hello’ ‘goodbye’ juga akan mengucapakan ‘hello’ ‘goodbye’ ketika bertemu seseorang. Oleh karena itu kita harus membiasakan dan menshibghoh (mencelup) diri dengan akhlaq Islam, sehingga mentradisi dalam jiwa dan kehidupan kita dan dimanapun serta kapanpun dengan spontan terlihat bahwa akhlaq yang Islami merupakan akhlaq kita.
Allah SWT berfirman: “Shibghoh Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghohnya dari Allah, dan kepada-Nyalah kami mengabdikan diri.” (QS: Al-Baqarah:138).
4. Terakhir, Akhlaq Islam bukanlah semata-mata anjuran menuju perbaikan nilai kehidupan manusia didunia, tapi ia memberikan dampak bagi kehidupannya di akhirat. Seseorang yang berakhlaq baik tentunya akan mendapat ganjaran pahala, dan sebaliknya orang yang berakhlaq buruk pasti ia akan merasakan adzab Allah yang sangat pedih. Seorang yang senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik, misalnya, tentunya baik buat dirinya dan orang lain didunia ini dan juga menadapatkan ganjaran pahala yang akan menambah berat timbangan amal sholehnya di hari akhirat kelak. Dan seorang pengumpat, pencaci, penghasud tentunya akan memberikan akibat buruk bagi dirinya dan orang lain didunia dan melicinkan jalannya untuk menikmati siksa Allah di neraka kelak. Inilah diantara ciri khas Akhlaq Islam, yang pada akhirnya ia membuat setiap muslim terpaksa atau tidak untuk menshibghoh dirinya dengan tata nilai yang telah Allah berikan kepada dia dan dengan gamblang dan lengkap telah pula diimplementasikan oleh Muhammad SAW, kekasih-Nya, manusia pilihan-Nya. Wa ‘l-Laahu a’lam bi ’sh-Showaab, Wa ’s-Salaamu ‘alaikum wa rahmatu ‘l-Laahi wa barakaatuh,

Di Antara Berjuta Cinta

Kehidupan ini rasanya tak pernah dapat dilepaskan dari apa yang dinamakan ‘cinta’. Dengannya menjadi semarak dan indah dunia ini. Lihat saja, bagaimana seorang bapak begitu bersemangat dalam beraktivitas mencari nafkah, tak lain karena dorongan cintanya terhadap anak dan isterinya. Seorang yang lain pun begitu semangatnya menumpuk harta kekayaan, karena sebuah dorongan cinta terhadap harta benda, demikian pula mereka yang cinta kepada kedudukan, akan begitu semangat meraih cintanya.
Itu semua adalah beberapa contoh dari berjuta cinta yang ada. Meskipun kesan yang banyak dipahami orang tentang cinta, identik dengan apa yang terjadi antara seorang pemudi dan pemuda. Padahal cinta tak hanya sebatas itu saja.
Ternyata masalah cinta memang tidak sederhana. Ada cinta yang bernilai agung lagi utama, namun ada pula cinta yang haram dan tercela. Cinta sendiri kalau dilihat menurut islam, maka dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk. Kita semestinya tahu tentang model cinta tersebut untuk kemudian mampu memilih mana cinta yang mesti kita lekatkan di hati, mana pula cinta yang mesti kita tinggalkan sejauh-jauhnya.
Cinta kepada Allah
Cinta model ini adalah cinta yang paling utama. Bahkan kata ulama kita, cinta kepada Allah adalah pokok dari iman dan tauhid seorang hamba. Karena memang Allah sajalah satu-satunya dzat yang patut diberikan rasa cinta.
Segala cinta, kalau kita buat peringkat maka nyatalah bahwa cinta kepada Allah adalah puncaknya. Ia adalah yang tertinggi, paling agung dan paling bermanfaat. Begitu bermanfaat cinta kepada Allah ini, sehingga tangga-tangga menuju kepadanya pun merupakan hal-hal yang bermanfaat pula. Diantaranya berupa taubat, sabar dan zuhud. Apabila cinta diibaratkan sebuah pohon maka ia pun akan menghasilkan buah-buah yang bermanfaat seperti rasa rindu dan ridha kepada Allah.
Mengapa kita mesti cinta kepada Allah ? banyak sekali alasannnya. Diantaranya adalah karena Allah lah yang memberikan nikmat kepada kita, bahkan segala nikmat. Sedangkan hati seorang hamba tercipta untuk mencinta orang yang memberikan kebaikan kepadanya. Kalau demikian, sungguh sangat pantas apabila seorang hamba cinta kepada Allah, karena Dialah yang memberikan semua kebaikan kepada hamba.
“Dan apa-apa nikmat yang ada pada kalian , maka itu semua dari Allah”
(QS Al Baqarah : 165)
Seorang hamba di setiap pagi dan petang, siang dan malam selalu berdoa, memohon dan meminta pertolongan kepada Allah. Dari doa tersebut kemudian Allah memberikan jawaban, menghindarkan hamba dari bahaya, memenuhi kebutuhan hamba tadi. Keterikatan ini mendorong hati untuk mencinta kepada dzat tempat ia bermohon.
Setiap insan pun tak lepas dari dosa dan kesalahan, maka Allah selalu membuka pintu taubat kepada hamba tadi, bahkan Allah tetap memberikan rahmah meski hamba kadang tidak menyayangi dirinya sendiri. Kebaikan-kebaikan yang dibuat hamba, tak ada sesuatu pun yang mampu diharap untuk memberi balasan dan pahala kecuali Allah semata.
Terlebih lagi, Allah telah menciptakan hamba, dari sesuatu yang tak ada menjadi ada. Tumbuh, berkembang dengan rizki dari Allah Ta’ala. Maka ini menjadi alasan kenapa hamba semestinya cinta kepada Allah.
Cinta memang menuntut bukti. Tak hanya sekedar ucapan, seperti pepatah orang arab ’semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila namun si Laila tak pernah mengakuinya’. Dan wujud cinta ilahi dibuktikan dengan
“Katakanlah apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Rasulullah) maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian” (QS Ali Imran : 31)
mengikuti sunah nabi dan juga berjihad di jalan Allah Ta’ala.
Cinta karena Allah / cinta di jalan Allah
Cinta karena Allah tentu saja mengikuti cinta yang pertama. Seperti dalam kehidupan, ketika kita cinta kepada seseorang maka apa yang dicintai oleh orang yang kita cinta pun kita sukai pula. Cinta karena Allah adalah cinta kepada ‘person’ yang dicinta Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang shalih. Cinta karena Allah jua berujud cinta kepada perbuatan shalih seperti shalat, puasa zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlaq mulia, menuntut ilmu syar’i dan segala perbuatan baik yang lain. Dengan demikian, ketika seoarng muslim mencinta seseorang atau perbuatan maka ia punya sebuah barometer “apakah hadir pada perbuatan maupun orang tadi hal yang dicinta Allah”. Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicinta Allah? Jawabnya adalah, apabila Allah perintahkan atau diperintahkan Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunnah(mustahab).
Cinta yang disyariatkan diantaranya adalah cinta kepada saudara seiman
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim)
Cinta ini bermanfaat bagi pelakunya sehingga mereka layak mendapatkan perlindungan Allah di hari tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah saja.
Cinta bersama Allah
Kecintaan ketiga ini adalah cinta yang terlarang. Cinta bersama Allah berarti mencintai sesuatu selain Allah bersama kecintaan kepada Allah. Membagi cinta, adalah model cinta yang ketiga ini. Kecintaan ini hanyalah milik orang-orang musyrik yang mencintai sesembahan-sesembahan mereka bersama cinta kepada Allah. Seperti firman Allah:
“Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, yang mereka mencintai tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat besar cinta mereka kepada Allah “
(QS Al Baqarah : 165)
Kecintaan ini bisa ditujukan kepada pohon, berhala, bintang, matahari, patung , malaikat, rasul dan para wali apabila kesemuanya dijadikan sesembahan selain Allah.
Terus bagaimana cinta kita kepada anak, harta, pakaian, nikah dan kepada hal yang berhubungan dunia ? Cinta yang seperti ini adalah cinta yang disebut sebagai “cinta thabi’i” cinta yang sesuai dengan tabiat artinya wajar-wajar saja. Apabila mengikuti kecintaan kepada Allah, mendorong kepada ketaatan maka ia bermuatan ibadah. Sebaliknya bila mendorong kepada kemaksiatan maka ia adalah cinta yang tercela dan terlarang.

Kamis, 03 September 2009

Istimewanya Wanita Islam

Istimewanya Wanita Islam    

 
Kaum feminis bilang susah jadi wanita ISLAM, lihat saja peraturan dibawah ini :
  1. Wanita auratnya lebih susah dijaga berbanding lelaki.
  2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
  3. Wanita saksinya kurang berbanding lelaki.
  4. Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki.
  5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
  6. Wanita wajib taat kpd suaminya tetapi suami tak perlu taat pd isterinya.
  7. talak terletak di tgn suami dan bukan isteri.
  8. Wanita kurang dlm beribadat karena masalah haid dan nifas yg tak ada pada lelaki.
makanya mereka nggak capek-capeknya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM"
Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)??
Benda yg mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yg teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan?
Itulah bandingannya dgn seorg wanita. Wanita perlu taat kpd suami tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?
Wanita menerima pusaka kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, manakala lelaki menerima pusaka perlu menggunakan hartanya utk isteri dan anak-anak.
Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.
Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya.
Manakala seorang wanita pula, tanggungjawab terhadapnya ditanggung oleh 4 org lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui mana mana pintu Syurga yg disukainya cukup dgn 4 syarat saja : Sembahyang 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat suaminya dan menjaga kehormatannya.
Seorg lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH akan turut menerima pahala seperti pahala org pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Masya ALLAH ... demikian sayangnya ALLAH pada wanita .... kan?

Renungan Buat Sang Suami

Renungan Buat Sang Suami    

 
Wahai sang suami ....
Apakah membebanimu wahai hamba Allah, untuk tersenyum di hadapan istrimu dikala anda masuk ketemu istri tercinta, agar anda meraih pahala dari Allah?!!

Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala anda melihat anak dan istrimu?!!

Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat anda menghampiri dirinya?!!

Apakah memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan meletakkannya di mulut sang istri, agar anda mendapat pahala?!!

Apakah termasuk susah, kalau anda masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap : "Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh" agar anda meraih 30 kebaikan?!!

Apa yang membebanimu, jika anda menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!

Tanyalah keadaan istrimu di saat anda masuk rumah!!

Apakah memberatkanmu, jika anda menuturkan kepada istrimu di saat masuk rumah : "Duhai kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun".

Sesungguhnya, jika anda betul-betul mengharapkan pahala dari Allah walau anda letih dan lelah, anda mendekati sang istri tercinta dan menjimaknya, maka anda mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :"Dan di air mani seseorang kalian ada sedekah".

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika anda berdoa dan berkata : Ya. Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya.

Ucapan baik adalah sedekah.
Wajah yang berseri dan senyum yang manis di hadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tangan mengugurkan dosa-dosa.
Berhubungan badan mendapatkan pahala.

--------------------
Diambil dari kitab " Fiqh pergaulan suami istri " oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.
 

SEKULERISME DALAM SISTEM PENDIDIKAN

SEKULERISME DALAM SISTEM PENDIDIKAN 
Oleh Muhammad yusran
 
Kondisi Realitas
Apa itu sekulerisme? Menurut Muhammad Qutb ( ancaman sekulerisme,1986) diartikan sebagai, Iqomatu al-hayati 'ala ghoyri asasina mina al-dini( membangun struktur kehidupan di atas landasan selain sistem Islam). Dan An-Nabhani mengartikan, "Pemisahan agama dengan kehidupan, ide ini menjadi aqidah(asas), sekaligus qiyadah fikriyah (kepemimpinan ideologis) serta sebagai qaidah fikriyah ( landasan berfikir)"(lihat:Nizhamul Islam Al Quds,1953) atas dasar berfikir ini, mereka berpendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan hidupnya, dan sesuai dengan hawa nafsu serta akalnya yang sangat terbatas itu.
Sangat ironis. Jelas kondisi ini menimpa sistem pendidikan itu sendiri, dan hampir di semua negara bahkan negeri-negeri kaum muslimin terhadap dunia pendidikan mereka ketika ini, akibat dari apa yang disebut westoxciation ( Racun Pemikiran Barat) yakni: pluralisme, sinkretisme, nasionalisme, liberalisme, kapitalisme, sekulerisme dan seabrek isme lainnya dan mencoba untuk melakukan imitasi bahkan subtitusi secara total atau melakukan pemblasteran ( perkawinan ) antara Sistem Barat ( Sekuler-Liberal ) dengan Sistem Islam yang suci, fitrah dan mulia itu. Fenomena dunia pendidikan menjadi topik perbincangan yang menyentuh berbagai kalangan dari masyarakat jelata, para profesional, akademisi, cendekiawan sampai birokrat namun tidak berdaya menyatukan konsep dan realitas, justeru SDM semakin carut-marut dan porak-poranda yang memiliki karakteristik pola fikir dan pola sikap yang tidak Islami.
Para pengambil kebijakan itu tidak mampu memberdayakan masyarakat lewat pendidikan sehingga banyak terjadi pengangguran, tawuran, pencurian, pergaulan bebas dan setumpuk masalah sadisme lainnya. Setidaknya dua fenomena pendidikan yang dihadapi negara-negara di dunia ketika ini: pertama, secara mikro ( prasarana & SDM ), kedua secara makro (sistem pendidikan). Yusuf Kalla bertutur "KKN telah merasuki sendi-sendi kehidupan contoh pendidikan : uang bangku, uang bangunan, lewat jendela. Alangkah naifnya sistem pendidikan "Indonesia", yang mengemban misi luhur untuk mendidik dan membudayakan ilmu dan menanamkan moral ternyata langkah awalnya, sudah di ajarkan mata pelajaran KKN sebagai mata kuliah/pelajaran perdana serta arogansi intelektual mahasiswa yang tidak kunjung sadar dan insyaf dalam meramu kegiatan OSPEK yang tidak Islami itu, sehingga berada di luar nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh Islam.
Realitas ini sepatutnya membuat umat mengurut dada, dan prihatin bukankah pendidikan adalah sokoguru pembangunan dan keberhasilan suatu umat?, bila anak-anak dan para pemuda tidak mendapatkan pendidikan yang layak, dapat dibayangkan generasi macam apa yang muncul di masa datang. Pertanyaan muncul apakah Islam mampu memberikan solusi bagi dunia pendidikan. Jargon umum yang mashur di masyarakat adalah sosok mahasiswa/sarjana sebagai "Agen of Change", sehingga sistem pendidikan suatu masyarakat cukup beragam sesuai dengan karakteristik kultur dan norma yang mendasari kehidupan masyarakat tersebut.
Kadang kita bangga ketika menengok corak dan karakteristik pendidikan Barat dan Eropa yang unik [baca:sekuler] dan maju, tapi tidak bisa dikesampingkan kebobrokan moral dan etika yang menghancurkan pranata-pranata kehidupan sosial manusia yang agung dan fitrah dari asalnya, dan masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai materialistik semata-mata, hanya akan melahirkan generasi yang berfikir materi semata "Profit Oriented" dan mejadikan manusia Economy Animal (Binatang Ekonomi). Kebingungan lain yang sering timbul adalah bagaimana mengaitkan agama dan pendidikan umum secara wajar.
Bagaimana mempersandingkan dan menggandengkan pelajaran agama dengan eksakta?. Bagaimana madrasah harus menghadapi Teori Darwin dalam bidang Biologi. Semua itu jelas akan terjadi bila tsaqofah sekuleris menggerogoti sistem pendidikan. Anekdot yang menggelikan dan bodoh adalah bagaimana mencetak generasi "Berotak Jerman dan berhati Mekkah". Istilah-istilah ini mencoba menjelaskan Islam yang hanya mengaburkan bahkan menghilangkan esensi pemikiran Islam yang murni, agung dan mulia.
Kondisi Ideal
Secara jelas dan pasti Islam menjadikan tujuan (Goyah) pendidikan adalah melahirkan "Kepribadian Islam" dan membekali dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan ( lihat: An-Nabhani. Nizhamul Islam, Al-Quds 1953), sehingga metode penyampaian pelajaran dirancang sedemikian rupa untuk menunjang tercapainya tujuan dan setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tujuan tersebut dilarang [baca:haram]. Dengan demikian pendidikan Islam tidak hanya "Transfer of Knowledge", tanpa memperhatikan ilmu pengetahuan yang diberikan itu, apakah dapat menumbuhkan pola fikir dan tingkah laku yang Islami atau tidak. Olehnya itu harus selalu terikat dengan Ide tentang kehidupan dan nilai-nilai kehidupan Islam yang selalu berputar pada lingkaran peningkatan Iman.
Apabila terdapat tsaqofah yang jika diajarkan mengakibatkan penyelewengan, penyimpangan dan memperlemah aqidah, maka haram mempelajarinya, sampai efek negatifnya hilang (sesuai kaidah fiqih). Dikotomi ilmu pengetahuan dalam Islan tidak ada, tetapi justeru muncul dalam masyarakat Sekulerisme-Liberalisme. Generasi muslim yang intelek dibidangnya masing-masing sesuai dengan kenginan dan kebutuhannya, sekaligus sebagai seorang yang faqih fid Din ( memahami Islam) dan berkepribadian Islam. Tidak ada pemisahan ilmu agama dan dengan ilmu tentang kehidupan dan tidak dikenal rohaniawan atau birokrat, ilmu adalah milik Allah SWT dan kita semua wajib mengamalkan sesuai dengan syariat Islam.
Konsepsi ini terbukti dan rill pada masa pemerintahan Khilafah Islamiyah. Tatkala Eropa terbelenggu dan terpasung oleh kebodohan, kejumudan dan hal-hal yang berbau mistis, kaum Muslim telah menikmati kamajuan sains dan ilmu pengetahuan yang belum pernah dijumpai dalam sejarah kemanusian sebelumnya. Jadi dalam kondisi sekarang ini, harus ada perubahan mendasar yaitu : "Perubahan Paradigma Pendidikan" meliputi: kebijakan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran. Dan "Perubahan Konsepsi Ilmu" atau dengan istilah science Islamitation (Gerakan Islamisasi).
Proses Islamisasi memiliki empat tingkat kepentingan yang inheren dan berkorelasi erat, yakni:
  1. kepentingan aqidah,
  2. kepentingan kemanusiaan,
  3. kepentingan peradaban,
  4. kepentingan ilmiah.
Islam memposisikan pendidikan pada hukum wajib, jadi menyianyiakan dan mengabaikan pendidikan setiap manusia adalah kemungkaran, jadi jelasnya kemungkaran ini banyak diabaikan. Islam telah memberikan solusi praktis, tepat dan jelas. Mewajibkan negara berperan penuh dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pendidikan umat dalam memahami Tsaqofah Islamiyah dan kemaslahatan umum rakyatnya, termasuk non-muslim yang dilindungi haknya untuk hidup damai dan sejahtera, jadi jelas kewajiban diujudkannnya Negara Khilafah Islamiyah yang akan menghimpun warna-warni serta potensi kaum muslimin dan menyatukan Dunia Islam serta akan mengatur tatanan hidup kemanusiaan dengan adil, bijaksana dan tidak melanggar fitrah manusia yang suci dan luhur sebagaimana Barat membangun manusia dengan sekulerisme-liberalismenya. Dengan Sistem Islam menjadikan hidup ini diliputi keberkahan dan kedamaian. Bila kewajiban[baca:pendidikan ideal] ini hanya mungkin dengan ditegakkannya sistem politik dan pemerintahan Islam, maka tegaknya sistem [baca: Daulah khilafah Islamiyah] Itu wajib adanya, sebagaimana kaidah syara'
" ma la yatimmul wa jibu illa bihi fahuwa wajib", [ Bila suatu kewajiban kecuali adanya sesuatu maka sesuatu itu wajib adanya] Wallahu Mustaan. Wa maa tau fiiqii illaa billaah
___________________________________________________________________
Penulis adalah Mahasiswa Ekonomi/Akuntansi UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KETUA UMUM FKI FIS-FOSDIK AL UMDAH UNM
SULAWESI SELATAN
 
 

Menyongsong Kejayaan Islam Melalui Interne

Menyongsong Kejayaan Islam Melalui Internet    
Oleh: Triatno Yudho Prabowo*
 
Da'wah merupakan sebuah jalan yang harus dilalui dalam rangka menegakkan kalimatullah. Layaknya sebuah keping mata uang, da'wah tidak dapat dilepaskan dari Islam. Ia bukan sekedar proses yang penting dilakukan, tetapi lebih jauh da'wah adalah sebuah kewajiban dari Allah SWT sebagaimana yang telah diwahyukan dalam surat An Nahl ayat 125: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik�" sekaligus perintah dari Rasulullah mulia Muhammad saw: "Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat." Demikian mulia dan agungnya kedudukan da'wah dalam ajaran Islam, maka sudah menjadi keharusan bagi setiap individu yang mengaku muslim untuk bukan sekedar terpanggil tetapi bahkan mencoba mencurahkan segenap kehidupannya untuk da'wah.
Seiring dengan berkembang pesatnya kemajuan zaman, beberapa tahun silam muncul di hadapan kita sebuah "dunia baru" bersamaan dengan hadirnya internet. Manusia dengan kepandaiannya telah berhasil membuat sebuah dunia yang tanpa jarak dan tanpa sekat melalui internet. Internet juga telah berhasil menghubungkan manusia yang satu dengan yang lain hanya dalam hitungan detik. Beberapa negara dapat bergantian kita singgahi dalam sekejap. Sehingga selain dunia nyata yang kita alami sehari-hari, manusia juga disuguhkan sebuah "dunia lain" yang sering disebut-sebut dengan dunia cyber atau dunia maya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Islam sebagai agama yang responsif terhadap segala perubahan dan keadaan, sudah selayaknya melakukan evaluasi terhadap "da'wah tradisionalnya". Da'wah dalam artinya yang luas (bukan sekedar tabligh atau ceramah) dituntut untuk mampu menembus dunia cyber dalam rangka menebarkan benih-benih Al Islam. Ada beberapa alasan mengapa da'wah dipandang penting untuk dihadirkan di dunia maya:
1. Setiap orang berhak untuk menerima da'wah.
Da'wah bukanlah terbatas hanya untuk sebagian kalangan dan melupakan kalangan yang lain. Bahkan Rasulullah Muhammad saw mengajarkan para sahabatnya dan juga kita umatnya untuk berda'wah bukan hanya ditujukan kepada sesama muslim, tapi juga harus menyentuh sisi-sisi di luar umat muslimin. Suatu riwayat menceritakan mengenai kisah pengemis Yahudi yang buta. Pengemis Yahudi yang buta itu selalu berdiri di sebuah pasar seraya terus menerus menjelek-jelekan Rasulullah Muhammad saw kepada semua orang yang berlalu di hadapannya. Mendengar hinaan tersebut Rasulullah tidak merasa tersinggung, bahkan ia yang selalu menyuapi makanan kepada sang pengemis tanpa memberitahukan kepada pengemis itu siapa dirinya. Barulah setelah Rasulullah wafat, pengemis Yahudi mendengar perlakuan Rasulullah saw itu dari sahabat Abu Bakar. Pengemis itu kemudian menangis dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar setelah mendengar penuturan Abu Bakar.
Oleh sebab itu upaya untuk berda'wah kepada para netter (pengguna internet) dipandang penting untuk dilakukan. Dari pengalaman yang ada, tidak sedikit pengguna internet yang tadinya nonmuslim menjadi tertarik kepada Islam. Bahkan dari sekian banyak yang tertarik itu, di antaranya telah berhasil menemukan kesucian dan kebenaran Islam lantaran da'wah yang dilakukan di internet.
2. Da'wah dilakukan untuk mengenalkan Islam.
Sebuah proses pengenalan terhadap Islam mutlak diperlukan dalam rangka menegakkan kembali kejayaan Islam. Pengenalan ini sangat penting, karena akan menentukan apakah pemahaman seseorang terhadap Islam sudah baik dan benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al An'am ayat 153 "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya, yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kamu agar kamu bertaqwa".
Da'wah dapat diumpamakan sebagai pengenalan sebuah produk kepada seseorang. Dan sejak dunia ekonomi mengajarkan bahwa sebuah produk dibuat untuk ditawarkan kepada konsumen, pengenalan Islam melalui da'wah menjadi sangat urgen di internet. Hal ini didasari pada fakta bahwa saat ini manusia yang menjalani "kehidupan" dalam dunia maya sudah mencapai angka puluhan juta.
3. Da'wah memiliki arti yang sangat luas.
Adalah sebuah hal yang umum bahwa sementara ini tidak sedikit orang yang mendefenisikan da'wah hanya sebatas pada acara-acara tabligh ataupun ceramah-ceramah yang dilakukan oleh mubaligh-mubaligh terkenal. Padahal segala upaya yang ditujukan untuk menyeru manusia kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah da'wah. Dan da'wah merupakan manifestasi ibadah seseorang. Sehingga semenjak Hasan Al Bana-seorang ulama Mesir yang terkenal- mengatakan bahwa segala perbuatan dapat bernilai ibadah bila dilakukan dengan niat karena Allah dan dengan syariat yang benar, maka menyebarkan Islam melalui internet adalah sebuah da'wah sekaligus bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
4. Setiap muslim wajib mencegah kemungkaran.
Bukan rahasia lagi bahwa internet yang dibangga-banggakan sebagai terobosan teknologi komputer terbesar di millennium ini, ternyata juga memiliki begitu banyak kekurangan. Salah satunya adalah belum ditemukannya mekanisme yang tepat untuk mencegah kebebasan-kebebasan yang benar-benar tanpa batas di internet. Sehingga jadilah internet sebagai lahan subur bagi tumbuhnya kemaksiatan-kemaksiatan seperti pornografi dan perjudian yang dilakukan secara online. Melihat kenyataan yang demikian itu, kehadiran Al Haq sebagai antitesa sejati Al Bathil di dunia maya adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Allah SWT selalu memerintahkan kepada kita untuk mencegah kemungkaran-kemungkaran yang ada (lihat surat Ali Imran: 110).
5. Da'wah cyber akan meningkatkan profesionalisme (ihsan) para aktivis da'wah.
Sebuah kebenaran yang tidak tertata dengan baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang tertata dengan baik. Itulah pesan yang disampaikan oleh Sahabat Rasul yang mulia Ali bin Abi Thalib ra, yang bila kita mencoba memahaminya lebih jauh sebuah da'wah yang tidak dilakukan secara profesional akan ditumbangkan oleh kemaksiatan yang dikerjakan dengan penuh profesionalisme. Berkaitan dengan pembentukan sikap ihsan tersebut, maka profesionalisme aktivis da'wah akan terus terpupuk melalui da'wah cyber seiring dengan teknologi yang akan terus berkembang.
Dengan beberapa alasan yang dikemukakan di atas diharapkan timbul sebuah paradigma baru dalam diri umat Islam bahwa da'wah yang dilakukan, tidak lagi dibatasi hanya pada interaksi langsung antara aktivis dengan obyek da'wahnya di dunia nyata. Melainkan melingkupi da'wah yang dilakukan secara digital yang dilakukan melalui internet. Insya Allah dengan terciptanya sebuah sinergis antara da'wah konvensional di dunia nyata dengan da'wah digital di dunia maya, kejayaan Islam yang dirindukan oleh seluruh muslim dan penghuni jagad raya ini tidak lama lagi akan segera dapat terwujud. Amin Allahumma Amin.
* Mahasiswa Fakultas Psikologi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sakaratul Maut

Sakaratul Maut    
sumber : milist bdi-kps
 
"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya". Itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s). "Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s. "Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s.
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius.
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
"Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. "Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail. "Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s. "Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail.
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.
MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s.
Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?
Siapkah kita untuk menghadapinya ?

Sebab utama laki2 di tarik ke neraka oleh wanita

Sebab utama laki2 di tarik ke neraka oleh wanita  

 
"Di akhirat nanti ada 4 golongan lelaki yg akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita. Lelaki itu adalah mereka yg tidak memberikan hak kpd wanita dan tidak menjaga amanah itu. Mereka ialah:

1. Ayahnya

Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak mempedulikan anak2 perempuannya didunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar solat,mengaji dan sebagainya Dia membiarkan anak2 perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup kalau dgn hanya memberi kemewahan dunia sahaja. Maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya. (p/s; Duhai lelaki yg bergelar ayah, bagaimanakah hal keadaan anak perempuanmu sekarang?. Adakah kau
mengajarnya bersolat ... ..menutup aurat?.. pengetahuan agama?.. Jika tidak cukup salah satunya, maka bersedialah utk menjadi bahan bakar neraka jahannam.)

2. Suaminya

Apabila sang suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul! bebas di pejabat, memperhiaskan diri bukan utk suami tapi utk pandangan kaum lelaki yg bukan mahram. Apabila suami mendiam diri walaupun seorang yg alim dimana solatnya tidak pernah bertangguh, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya bersama-sama ke dlm neraka.

(p/s; Duhai lelaki yg bergelar suami, bagaimanakah hal keadaan isteri tercintamu sekarang?. Dimanakah dia?
Bagaimana akhlaknya? Jika tidak kau menjaganya mengikut ketetapan syari'at, maka terimalah hakikat yg kau akan sehidup semati bersamanya di 'taman' neraka sana.)

3. Abang-abangnya

Apabila ayahnya sudah tiada,tanggungjawab menjaga maruah wanita jatuh ke bahu abang-abangnya dan saudara lelakinya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya sahaja dan adiknya dibiar melencong dari ajaran Islam,tunggulah tarikan adiknya di akhirat
kelak.

(p/s; Duhai lelaki yg mempunyai adik perempuan, jgn hanya menjaga amalmu, dan jgn ingat kau terlepas...
kau juga akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak...jika membiarkan adikmu bergelumang dengan maksiat... dan tidak menutup aurat.)

4. Anak2 lelakinya

Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yg haram disisi Islam. bila ibu membuat kemungkaran mengumpat, memfitnah, mengata dan sebagainya...maka anak itu akan disoal dan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak....dan nantikan tarikan ibunya ke neraka.

(p/s; Duhai anak2 lelaki.... sayangilah ibumu....
nasihatilah dia jika tersalah atau terlupa.... krn ibu juga insan biasa... x lepas dr melakukan dosa...
selamatkanlah dia dr menjadi 'kayu api' neraka....jika tidak, kau juga akan ditarik menjadi penemannya.)
..................................................
Lihatlah.....betapa hebatnya tarikan wanita bukan sahaja di dunia malah diakhirat pun tarikannya begitu hebat. Maka kaum lelaki yg bergelar ayah/suami/abang atau anak harus memainkan peranan mereka.

Firman Allah S.W.T;

"Hai anak Adam, peliharalah diri kamu serta ahlimu dari api neraka dimana bahan bakarnya ialah manusia, jin dan batu-batu...."

Pengirim :
anifkauman - anifdownload@yahoo.com

WASIAT ROSULULLOH S.A.W. KEPADA AISYAH

WASIAT ROSULULLOH S.A.W. KEPADA AISYAH    
Miftachul Arifin
 
Saiyidatuna 'Aisyah r.'a meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda :
"Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini..."
Intisari wasiat Rasulullah s.a.w tersebut dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri engkau. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripada kaum engkau (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka.
Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :
  • Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah
  • tidak memuji Allah Taala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.
  • mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah
  • membanyakkan kata-kata yang sia-sia, banyak bicara yang tidak bermanfaat.
Wahai, Aisyah, ketahuilah :
  • bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah
  • bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya.
  • bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya pada hari kiamat.
  • bahwa isteri yang tidak memenuhi kemauan suaminya di tempat tidur atau menyusahkan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnya terikat kepada dua kakinya di dalam neraka.
  • bahwa wanita yang mengerjakan sembahyang dan berdoa untuk dirinya tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sembahyangnya.
  • bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun;
  • bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk didepan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan depalan puluh cambuk dari api.
  • bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qiamul-lail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah.
  • bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyusukan anaknya.
  • bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah.

Mesjid-mesjid penuh Mukjizat

KeAgungan dan Kebesaran Illahi kembali terlihat di di ujung Banda. Tsunami menggulung Aceh, namun di setiap musibah ada suatu keajaiban dan mukjizat Alloh SWT. Salah satunya bangunan-bangunan mesjid yang masih tetap berdiri meski sekitarnya porak-poranda. 
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Al- Fushshilat]
 
 
 

Mengapa Situ Gintung Jebol

Berbagai tulisan di media tentang Situ Gintung yang jebol bendungannya, menyebabkan puluhan orang meninggal dan hilang. Belum lagi korban harta rumah dll.
situgintung01
.
situgintung02

.
Jumat dini hari keindahan alam Situ Gintung lenyap dalam hitungan detik ketika salah satu sisi badan bendung (tanggul) jebol akibat tidak mampu menahan luapan air di dalam situ. Menurut perkiraan kapasitas Situ Gintung 2 juta meter kubik dan pada saat jebol diperkirakan air yang ditampung melebihi kapasitas setelah hujan lebat bahkan disertai butiran es.
Mengapa bencana itu bisa terjadi? Ada beberapa analisis penyebab jebolnya Situ Gintung tersebut. Pertama, standar operasi dan pemeliharaan (SOP) kurang begitu ketat diperhatikan. Seharusnya SOP sebuah danau/situ/waduk/bendungan harus dilakukan secara ketat karena sangat rawan bencana bila terjadi kebocoran seperti yang terjadi di Situ Gintung. Operasional danau/situ/waduk/bendungan harus dilakukan secara ketat yaitu dalam hal pengaturan air disesuaikan dengan kapasitas tampungnya. Apabila terjadi masukan air yang melebihi kapasitas yang dapat diketahui dari lubernya air melalui jalur pengeluaran (spillway), maka pintu air harus dibuka. Hal ini yang tidak dilakukan di Situ Gintung (menurut wawancara SBY-Kalla dengan pengelola Situ). Pemeliharaa rutin juga harus dilakukan supaya dapat menangani dengan segera bila terjadi kerusakan.
Kedua, Pengelolaan tata ruang yang tidak dilakukan sesuai aturan. Di sekitar danau/situ/ waduk/bendungan tidak boleh ada bangunan dengan jarak > 200 meter. Pada jarak itu merupakan areal sabuk hijau (greenbelt) yang ditanami tanaman keras sebagai pelindung tanggul. Kenyataannya di Situ Gintung dikelilingi berbagai bangunan bahkan tepat di tanggulnya. Korban bencana Jumat yang lalu berasal dari perkampungan yang berada di sekitar situ.
Ketiga, Kerusakan lingkungan di DAS bagian hulu sungai. Kerusakan hulu sungai yang parah menyebabkan aliran permukaan (run off) langsung masuk ke dalam sungai bersama tanah yang mengalir ke dalam Situ Gintung. Hal itu menyebabkan terjadinya pengendapan di dalam situ yang akhirnya menyebabkan pendangkalan akibat sedimentasi. Kapasitas tampungan akan semakin berkurang yang akan menyebabkan beban tanggul semakin berat ketika terjadi hujan lebat dari hulu sungai. Pengelolaan sungai seharusnya melibatkan berbagai intansi seperti kehutanan, pekerjaan umum, Jasa Tirta, lingkungan hidup yang tergabung dalam one river one management dalm hal ini belum diterapkan di Indonesia. Masing-masing masih berjalan sendiri-sendiri sebatas koordinasi yang masih lemah.
Memang bencana tidak bisa diduga tetapi apabila sudah dilakukan SOP yang benar tidak akan menyebabkan bencana dengan korban jiwa dan harta yang besar. Situ Gintung yang indah alami sayang apabila harus menjadi kubangan raksasa dan kehilangan berbagai fungsi dan manfaatn. Saatnya perbaikan Situ Gintung segera dilakukan dan selanjutnya pengelolaannya harus secara serius supaya tidak terulang lagi bencana yang mengerikan itu.
http://elfarid.multiply.com/journal/item/978/Tragedi_Situ_Gintung_Bencana_Akibat_Kelalaian
.
[ Sabtu, 28 Maret 2009 ]
Situ Gintung Lokasi Favorit untuk Wisata, Outbound, dan Pesta
SEBELUM memicu tragedi yang mengerikan dini hari kemarin (27/3), Situ Gintung di Desa Cirendeu, Ciputat, Tangerang, dikenal warga ibu kota sebagai salah satu lokasi favorit untuk wisata, outbound, dan pesta dengan nama Pulau Situ Gintung. Setiap hari libur, lokasi tersebut selalu dipadati warga Jakarta yang ingin melepas penat.
Perjalanan ke Situ Gintung hanya butuh waktu sekitar setengah jam dari pusat Kota Jakarta. Bahkan, dari Pondok Indah hanya butuh waktu 10 menit. Mudahnya akses ke Situ Gintung itu membuat kawasan wisata air tersebut banyak dipilih kantor-kantor untuk mengadakan gathering. Selain itu, area di pinggir situ bisa digunakan untuk berolahraga seperti renang dan tenis.
Pemandangan yang tidak kalah dari kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, membuat beberapa rumah produksi juga sering menggunakan kawasan tersebut untuk syuting klip video, iklan, maupun sinetron. Karena itu, tidak heran pengunjung yang berwisata ke tempat tersebut sering bertemu artis-artis.
Biaya masuk ke Pulau Situ Gintung pun relatif murah. Orang dewasa hanya dikenai Rp 4 ribu sekali masuk. Untuk anak-anak lebih murah, yakni Rp 2 ribu. Sebagai tempat camping, Situ Gintung juga tidak mahal, tinggal membayar Rp 7.500 pengunjung bisa menikmati malam di kawasan romantis itu. Penginapan juga tersedia dengan harga terjangkau, Rp 150 ribu per malam.
Situ Gintung memiliki sejarah panjang. Sebelum berubah menjadi kawasan wisata air, Situ Gintung merupakan saluran irigasi yang dibangun pada zaman Belanda. Menurut Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio, usia bendungan Situ Gintung sudah mencapai 76 tahun karena dibangun pada 1933.
Dia mengungkapkan, selama ini banyak orang yang salah persepsi mengira Situ Gintung adalah danau. Padahal, Situ Gintung adalah bendungan kecil. Bendungan tersebut dibangun sejak zaman Belanda. ”Tapi, itu bendungan kecil. Dibuat oleh Belanda pada 1932 dan selesai 1933. Sekarang usianya sudah lebih dari 76 tahun,” jelasnya setelah rapat terbatas dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dia menuturkan, dulu Situ Gintung merupakan bendungan homogen dengan satu macam jenis tanah atau bendungan urukan homogen. Kemudian, lanjut dia, ada celah yang disebut pelimpah (spillway) yang lebarnya lima meter.
Bendungan itu juga memiliki pintu air kecil untuk irigasi. ”Pintunya kecil. Sekarang sudah tidak ada irigasinya karena sudah jadi rumah,” tegasnya.
Seiring berjalannya waktu, irigasi tersebut beralih fungsi menjadi waduk konservasi wisata. Pengalihan fungsi itu, kata Direktur Sungai dan Waduk Departemen Pekerjaan Umum Widagdo, membuat pintu pengambilan air akhirnya tidak difungsikan lagi. Namun, saluran pelimpahan air tetap dibuka. ”Jadi, sebelum peristiwa itu terjadi, fungsi Situ Gintung sudah menjadi waduk konservasi untuk wisata,” jelasnya.
Situ Gintung seluas 21 hektare dengan kedalaman rata-rata sekitar 4 meter dan mampu menampung air sekitar 1 juta meter kubik. Meski bersebelahan dengan wilayah Jakarta Selatan, sebagai kawasan wisata, Situ Gintung dikelola Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Semula, luas Situ Gintung mencapai 28 hektare. Namun, karena terjadi penyempitan, akhirnya luas danau kini tinggal 21 hektare.
Namun, jebolnya tanggul memorak-porandakan kawasan wisata itu. Semua fasilitas wisata tersebut kini hancur lebur. Menurut Widagdo, sebetulnya Situ Gintung tidak berbahaya. Namun, karena terjadi hujan lebat sehari sebelum kejadian, debit air melonjak m
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=60103
.
WALHI: Tragedi Situ Gintung Bukan Bencana Alam
3 April 2009 13:02 WIB | Redaksi
Jumat, 3 April 2009 | 10:54 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary
JAKARTA, KOMPAS.com – Lembaga swadaya masyarakat yang konsen dengan isu lingkungan, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menyatakan bahwa tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung, bukan merupakan bencana alam, seperti yang dikatakan pemerintah selama ini.
Bencana alam, peristiwa yang memang tidak bisa diprediksi dan diluar kendali manusia. Jebolnya Situ Gintung, menurut Direktur Eksekutif WALHI, Berry Nahdian Furqan, sebenarnya bisa dicegah jika pengelolaan dan pengawasan terhadap kondisi situ dilakukan secara benar.
“Tragedi Situ Gintung itu bukan bencana alam, karena terjadinya karena lebih banyak faktor kelalaian dalam pengelolaan Situ Gintung. Banyak pihak yang berkontribusi, tapi pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas peristiwa ini,” ujar Berry, pada diskusi Belajar dari Tragedi Situ Gintung, di Gedung DPD, Jumat (3/4).
Sejumlah kesaksian warga menyebutkan, laporan akan kondisi tanggul yang mengkhawatirkan sudah disampaikan. Namun, tak ada tanggapan serius dari pihak terkait. Dana pengelolaan sebesar Rp1,5 miliar, dipertanyakan peruntukannya. “Bahkan kondisi situ itu sudah kurang bagus sejak tahun 1980. Warga sudah lapor tapi tidak ditanggapi. Lalu, untuk apa dana 1,5 miliar untuk pengelolaan? Ini patut dipertanyakan,” ujar Berry.
Pernyataan WALHI ini juga diperkuat dengan analisis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kepala Bidang Mitigasi Bencana BPPT, Sutopo Purwonugroho mengatakan, curah hujan yang terjadi menjelang jebolnya tanggul, bukan merupakan faktor utama. “Namun, sebagai pemicu (trigger) karena volume air mengalami kenaikan secara cepat sehingga limpas dari spillway,” kata Sutopo, dalam kesempatan yang sama.
Ia memaparkan, berdasarkan analisis curah hujan untuk kawasan di sekitar situ, curah hujan mencapai 113 ,2 mm per hari. Dari Radar Cuaca Pondok Betung BMKG, curah hujan tersebut terjadi selama dua kali, dengan hujan ekstrim 70 mm per jam.
Hujan ini, diperkirakan telah menaikkan muka air Situ Gintung. Namun, ketika Jakarta mengalami hujan besar pada tahun 2007, dengan curah hujan 275-300 mm per hari, tanggul tersebut tidak jebol. “Berdasarkan kajian kami yang terakhir dilakukan pada Desember 2008, menunjukkan adanya indikasi erosi buluh (piping) pada struktur spillway,” kata Sutopo.
http://mediacenter.or.id/bencana-alam/tahun/2009/bulan/04/tanggal/03/1559/walhi-tragedi-situ-gintung-bukan-bencana-alam.html
.
2 April 2009 11:34 WIB | Redaksi
Kamis, 2 April 2009 | 03:03 WIB
Apa pun konsekuensinya dan berapa pun biayanya, pemerintah perlu menyisir dan mengurai secara tuntas dan rinci akar masalah jebolnya reservoir Situ Gintung agar kejadian serupa tidak terjadi pada kemudian hari.
Jumlah korban seratusan jiwa meninggal dan seratusan hilang sampai saat ini belum ditemukan serta kerugian harta benda yang besar diikuti tekanan psikologis yang sangat berat cukup menjadi argumen bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk mengakhiri simpang siur dan polemik. Yang perlu dijawab adalah persoalan fundamental jebolnya reservoir air yang selama ini menjadi sumber penghidupan dan rekreasi masyarakat. Pertanyaannya mendasarnya adalah dari mana pintu masuknya dan siapa yang melakukannya?
Audit investigasi BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui audit investigasi dapat menyisir persoalan fundamental penyebab jebolnya reservoir Situ Gintung dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai pintu masuknya. Tanggung jawab atas rehabilitasi dan biaya operasional pemeliharaan (OP) reservoir Situ Gintung dapat dikembangkan sebagai penelusurannya.
Informasi tersebut selanjutnya dapat dikembangkan untuk mengaudit penggunaan dana rehabilitasi, operasional, dan pemeliharaan Situ Gintung tahun anggaran 2008 dan anggaran tahun sebelumnya. Akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana rehabilitasi dan OP sangat penting agar sinyalemen terjadinya kebocoran penggunaan dana OP dan rehabilitasi dapat diketahui kondisi sebenarnya.
Lebih jauh investigasi dapat diperdalam dengan mencermati lebih rinci adakah perbuatan melawan hukum dan memperkaya diri sendiri atas bobolnya Situ Gintung? Bahkan, apabila ditemukan tindak pidana korupsinya, Komisi Pemberantasan Korupsi perlu menyidik karena selain menimbulkan kerugian negara, juga menyebabkan kejahatan humanitarian yang sangat memilukan. Pendekatan ini sebagai respons dan konsekuensi atas pembagian kewenangan dalam pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan undang-undang.
Investigasi selanjutnya diperluas dengan menyisir pelanggaran tata ruang yang secara kasatmata terlihat jelas. Pemberi izin yang melanggar tata ruang juga harus diberi sanksi setimpal karena di banyak tempat pemberi izin secara kasatmata melakukan pelanggaran terbuka tanpa peduli dampak negatif yang ditimbulkan. Mafia perizinan ini harus dibersihkan karena sebagian besar malapetaka banjir, kekeringan, dan tanah longsor titik awalnya bersumber dari pelanggaran tata ruang. Pendekatan ini akan menimbulkan jera para mafia tata ruang yang selama ini tidak saja merusak lingkungan, tetapi juga menelan korban manusia demi kepentingan sesaat dan sesat mereka.
Reservoir dalam kaskade
Polemik tentang penyebab bobolnya Situ Gintung akibat terjadinya curah hujan eksepsional lebih dari 160 mm selama 2 jam harus dihentikan. Selain tidak sepenuhnya benar, hal itu juga akan menjadi modus pengelola situ lainnya ke depan untuk lepas tanggung jawab apabila terjadi kondisi serupa. Argumennya, sejak dibangun pada zaman Belanda, hampir dipastikan kejadian hujan lebat (exceptional rainfall) tidak hanya terjadi pertama kali sehingga pertanyaan selanjutnya adalah mengapa hanya hujan kali ini yang menyebabkan reservoir Situ Gintung jebol?
Merosotnya daya tampung air waduk dan tanah di sekitar daerah tangkapan menjadi penyebab yang harus disembuhkan. Kondisi ini diperburuk dengan banyaknya permukiman penduduk di hulu dan hilir Situ Gintung sehingga tanggul dan tanah di daerah tangkapan Situ Gintung dalam kondisi jenuh air dan rapuh sehingga daya sangganya rendah.
Pembangunan reservoir dalam kaskade di hulu Situ Gintung dalam jumlah yang banyak dan terdistribusi merata merupakan suatu keharusan jika Situ Gintung akan dibangun kembali. Pendekatan ini memungkinkan terjadinya pembagian beban aliran air dan sedimen sehingga daya dorong dan daya rusak energi air dapat dipadamkan secara bertahap.
Fakta lapangan keberhasilan pengelolaan air reservoir dalam kaskade ini terefleksi dalam teras sawah yang dibangun dari puncak gunung sampai ke pantai. Sekalipun badai hujan besar terjadi, kita tidak pernah/jarang sekali menyaksikan pematang sawah yang kecil dan panjang itu ambrol terseret air. Pelajaran dari kearifan nenek moyang kita mengelola reservoir teras dalam kaskade harus diimplementasikan untuk mengelola reservoir besar yang konon semakin mengkhawatirkan kondisinya.
Gatot Irianto Ahli Hidrologi yang Menekuni Modeling Reservoir dalam Kaskade
http://mediacenter.or.id/artikel/tahun/2009/bulan/04/tanggal/02/1548/bobolnya-situ-gintung.html

Syarat, Rukun, dan Yang Membatalkan Shalat

Terkutib dari kitab Sullamut Taufiq, karya Syaikh Muhammad an Nawawi al Bantani (terjemah KH Moch Anwar, terbitan Algensindo, Bandung, 2008)
Pasal 14: Syarat Syahnya Shalat
syarat_shalat01

Di antara syarat-syarat salat, ialah:
menghadap ke arah kiblat,
masuk waktunya,
beragama Islam,
tamyiz (yaitu anak yang sudah bisa makan, minum, mandi sendiri), mengetahui fardhu (rukun) salat,
tidak boleh mengitikadkan salah satu fardlu dari semua fardhu salat sebagai sunat.
syarat_shalat02
Menutup aurat dengan benda yang bisa menutupi rupa kulit seluruh badan bagi wanita merdeka, kecuali muka dan telapak tangan bagian luar dan dalam (ini wajib terbuka), menutup antara pusat dan lutut bagi laki-laki dan amat (yaitu hamba perempuan), menutup seluruh badan, kecuali bagian bawahnya, boleh terbuka (meskipun suka terlihat ketika sujud, seperti telapak”kaki wanita. Ini tidak apa-apa, boleh saja).
.
Di dalam Fathul Mu’in, karya Syaikh Zainuddin al Malibari (terjemah Drs Aliy As’ad, terbitan Menara Kudus, 1980) tertulis tentang syarat syahnya shalat. Saya ringkas sebagai berikut:
Thaharah
Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
Menutup aurat
Mengetahui waktu shalat tlah tiba
Menghadap kiblat
Mengetahui kefardluan shalat.
.
Pasal: Rukun Shalat
Rukun salat itu ada 17 macam, yaitu:
1. Niat mengerjakan salat di dalam hati, sambil menentukan sebabnya, (misalnya: Istisqa, Tahiyatul masjid, dan sebagainya), dan menentukan waktunya, (misalnya: lohor, asar, dan berniat fardhu dalam salat fardhu. (Lengkapnya, misal: Saya niat salat fardhu asar empat rakaat …).
2. Takbiratul ihram. Membaca dengan suara yang terdengar oleh dirinya sendiri sebagaimana rukun qauli lainnyaryaitu Allahu Akbar yang menjadi rukun salat yang kedua.
3. Berdiri dalam salat fardhu bagi orang yang mampu berdiri. (Bagi salat sunat dan yang tidak mampu berdiri boleh sambil duduk).
4. Membaca surat Fatihaah berikut bismillah, semua tasydidnya, terus-menerus, tertib, memperhatikan makhraj huruf-hurufnya dan tidak salah baca yang dapat mengubah makna, (misalnya: an’amta dibaca an ‘amtu atau an’amti dan selagainya). Salah baca yang tidak mengubah makna hukumnya haram; tetapi tidak membatalkan (Alhamdu dibaca Alhamda, Lillaahi dibaca Lillaahu dan sebagainya).
5. Rukuk, yaitu membungkuk dan kedua telapak tangan diletakkan pada kedua lututnya. Dan disunatkan punggungnya lurus, rata.
6. Tuma’ninah ketika rukuk, yakni diam sebentar seukuran membaca: Subhaanal-laah.
7. I’tidal, yaitu berdiri tegak (sebagaimana sebelumnya).
8. Tumaninah ketika I’tidal.
9. Sujud dua kali, yaitu dengan meletakkan dahinya di atas tempat salat serta dibuka, diberatkan seberat kepala sambil bersungkur, meletakkan sedikit lututnya, kedua telapak tangannya dan semua ujung jari kakinya.
10. Tumaninah ketika sujud.
11. Duduk di antara dua kali sujud.
12. Tumaninah ketika duduk.
13. Duduk untuk membaca tasyahud akhir dan yang sesudahnya.
14. Membaca tasyahud akhir, yang berarti semua penghormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan bagi Allah. Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya bagimu wahai Nabi. Keselamatan bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
15. Membaca salawat atas Nabi Muhammad saw. minimal dengan mengucapkan, ‘Ya Allah! Rahmatilah Nabi Muhammad’.
16. Membaca salam, minimal dengan mengucapkan, “As s allaamu’alaikum.’
17. Tertib, berurutan seperti tersebut di atas. Kalau seseorang sengaja meninggalkan ketertiban, misalnya bersujud sebelum rukuk, maka batal salatnya. Kalau
terlupa bersujud sebelum rukuk lalu ingat, maka wajib mengulangrnya, kecuali kalau ia ingat ketika mengerjakan pekerjaan yang sama misalnya rukuk lagi pada rakaat selanjutnya, atau sesudah rukuk yang sama, maka sempurnakanlah rakaatnya dengan rukuk itu dan sia-sialah pekerjaan yang terlupakan itu. (Singkatnya, rakaatnya harus ditambah sesuai dengan
ketentuan).
.
Pasal 15: Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat
1. Salat itu bisa batal dengan ucapan lain selain bacaan salat, walaupun dengan dua huruf (misalnya: betul, saya, dan sebagainya) atau satu huruf yang memberi arti, (misalnya: ya!), kecuali karena lupa dan ucapannya sedikit, tidak lebih dari enam patah kata.
Dengan pekerjaan yang banyak serta terus-menerus, misalnya: tiga gerakan (tiga kali menggaruk atau tiga kali melangkah).
Dengan sekali gerakan yang berlebih-lebihan (meloncat atau menggerakkan seluruh badan tanpa sebab (udzur) syara’.
Contoh tiga gerakan yang sering dikerjakan orang, misalnya menggerakkan kepala dan kedua tangan, mengusap telinga, lalu dahi sambil menggerakkan kepala. Kecuali menyapu telinga terus ke hidung misalnya, kemudian sesudah agak lama terselang baru bergerak lagi, maka tidak batal salatnya. Berarti hanya dua kali gerakan yang terus-menerus.
2. Dengan menambah rukun fi’ly (pekerjaan dengan sengaja, misalnya: rukuk dua kali atau salat asar lima rakaat bukan karena lupa dan sebagainya).
Dengan sekali gerakan karena bermain-main.
Dengan makan atau minum, kecuali karena lupa dan yang ditelannya sedikit.
Keterangan:
1. Kalau lupa menelan sebiji nasi atau biji jambu, maka tidak batal.
2. Kalau sengaja menelan sisa-sisa kopi atau gula, maka perbuatan itu membatalkan salat.
Salat itu batal dengan berniat membatalkan salat (sekali pun pada prakteknya tidak).
Menangguhkan membatalkan salat karena sesuatu, (misalnya: berniat kalau teman datang, salatnya akan dibatalkan).
Keraguan membatalkan salat, (misalnya: hati merasa bimbang karena ada orang yang memanggil, lalu timbul kebimbangan membatalkan salatnya atau tidak), dengan semua sebab itu, maka tetap batat.
Singkatnya, selama kita salat wajib bertekad tidak akan mernbatalkan salat, sehingga andaikan seseorang salat di atas batu di tengah sungai lalu tiba-tiba banjir, maka daripada membatalkan salat, orang itu diperbolehkan salat sambil lari serta membelakangi kiblat dan sebagainya, lalu ia merieruskan salat dengan sempurna di tempat yang aman. (Seperti salat syiddatul-khauf)
3. Terlewat satu rukun dengan disertai keraguan terhadap niat takbiratul-ihram (apakah sudah atau belum dilakukan), atau masa keragu-raguannya itu lama (misalnya: ketika akan rukuk merasa ragu mengenai niat salat, dan selama rukuk masih juga, ragu, maka batal salatnya bila sampai’pada i’tidal).
.
Sumber:  Sullamut Taufiq, karya Syaikh Muhammad an Nawawi al Bantani (terjemah KH Moch Anwar, terbitan Algensindo, Bandung, 2008)
.
Wallahu a’lam

Jejak Ulama Nusantara di Timur Tengah

Penulis benar-benar terkesiap ketika melihat mata rantai (sanad, silsilah) mufti agung Mesir, Dr. Ali Gum’ah, yang meriwayatkan kitab Hâsyiah Jawharah al-Tawhîd (karangan Syaikh Ibrahim al-Bayjuri) dari seorang ulama Nusantara asal Padang, yaitu Syaikh Muhammad Yasin ibn ‘Isa al-Fadani (Yasin Padang).
Semasa belajar di pesantren dulu, mata rantai beberapa kitab yang di ‘aos’ oleh penulis juga menyambung kepada Syaikh Yasin Padang. Urutannya demikian: penulis; KH. Abdullah Kafabihi Mahrus (murabbi penulis);KH. Mahrus ‘Ali Lirboyo;Syaikh Yasin Padang. Berangkat dari pertemuan mata rantai inilah, jejaring dan jejak ulama Nusantara di Timur Tengah serta pengaruhnya di Tanah Air menjadi menarik untuk dianalisa dan dikaji lebih jauh.

Sejatinya, jejak gerakan ulama Nusantara di Timur Tengah (utamanya Hijâz dan Mesir) dapat dilacak sejak abad ke-17 M. Di antara nama-nama ulama yang populer adalah Abd al-Raûf al-Jâwi (w. 1693), Nûruddîn al-Raniri (w. 1658), Arsyad al-Banjari (1710), dan lain-lain.
Dulu, perkumpulan ulama-ulama tersebut dikenal dengan komunitas Jawi, atau Jamâ’ah al-Jâwiyyîn. Nisbat ini tidak sekedar meliputi teritorial ulama yang datang dari Jawa Dwipa saja, tetapi dari seluruh Nusantara (termasuk Melayu, Pattani, dan Philipina Selatan). Kita bisa melacak nisbat ini di salah ruangan masjid al-Azhar (ruwwâq jâwah).
Abad ke-19 M (dan awal abad 20) adalah puncak dari geliat intelektual ulama Nusantara di Timur Tengah. Mereka bukan sekadar berkiprah dan memberi kontribusi untuk Tanah Air saja, tetapi juga mempunyai peran besar di ranah internasional, khususnya di Timur Tengah. Beberapa ulama Nusantara menjadi sosok intelektual berkampium dunia. Mereka mengarang kitab-kitab yang dijadikan rujukan penting.
Di antara nama-nama ulama Nusantara yang populer adalah Syaikh Muhammad Nawawi ibn ‘Umar al-Bantani (Tanara, Serang, Banten, w. 1879), yang mengarang beberapa kitab dalam berbagai cawangan ilmu agama, semisal Tîjân al-Durarî (tawhid), Sullam al-Najât, Kâsyifah al-Sajâ, Sullam al-Tawfîq, al-Tsamrah al-Yâni’ah ‘ala Riyâdh al-Badî’ah, Tawsyîkh ‘alâ Fath al-Qarîb, Nihâyah al-Zain (fikih), Qatr al-Ghayts, Tanqîh al-Qawl (hadits), Minhâj al-’Ibâd (tasawuf), ‘Uqûd al-Lujayn (psikologi rumah tangga), Murâh Labîd aw al-Tafsîr al-Munîr (tafsir) dan lain-lain. Syaikh Nawawi menjadi pengajar di salah satu pintu Masjid al-Haram dan di perguruan Dâr al-‘Ulûm, Mekkah, selain pernah memberikan pengajian di masjid al-Azhar, Mesir, atas undangan Syaikh Ibrahim al-Bayjuri, mufti agung Mesir kala itu.
Selain Syaikh Nawawi Banten, dikenal juga Syaikh Mahfuzh al-Turmusi (Tremas, Pacitan, Jawa Timur), pengarang beberapa hâsyiah (komentar atas komentar, atau great comment) atas beberapa kitab fikih induk mazhab Syafi’iy, semisal al-Minhâj, Fath al-Wahhâb, al-Iqnâ’, dan lain-lain. Beberapa hâsyiah karangan beliau kelak dikenal dengan Hâsyiah al-Turmusî yang ditulis berjilid-jilid. Beliau juga menulis al-Siqâyah al-Mardhiyyah fî Asmâ al-Kutub al-Fiqhiyyah li Ashhâb al-Syâfi’iyyah (ensiklopedi kitab-kitab fikih mazhab Syafi’iy), Manhaj Dzaw al-Nazhar fi Manzhûmah Ahl al-Âtsâr (metodologi hadits), al-Fawâid al-Turmusiyyah fi Asmâ al-Qirâ’ah al-’Asyriyyah (tajwid-qira’ah sepuluh).
Dua Syaikh di atas tercatat yang paling berpengaruh dan melahirkan beberapa murid yang juga menjadi ulama besar, semisal Syaikh Ihsan Dahlan al-Jamfasi al-Kadiri (Jampes, Kediri, Jawa Timur), penulis kitab Sirâj al-Thalibîn ‘alâ Minhâj al-’Âbidîn (kitab dua jilid berisi komentar atas karya tasawuf Imam al-Ghazali)—konon kitab ini pernah dijadikan salah satu muqarrar di Universitas al-Azhar, dan Manâhij al-Amdâd (tasawuf). Atau Syaikh Muhammad Yasin ibn ‘Isa al-Fadani (Padang), guru besar hadits dan ushul fikih di perguruan Dâr al-‘Ulûm Mekkah, penulis kitab al-Fawâid al-Janniyyah ‘alâ al-Farâ’id al-Bahiyyah fî al-Qawâ’id al-Fiqhiyyah, Hâsyiah ‘alâ al-Asybâh wa al-Nazhâ’ir fi al-Furû’ al-Fiqhiyyah (ushul dan kaidah fikih), Fath al-’Allâm Syarh Bulûgh al-Marâm (hadits fikih setebal empat jilid), dan al-Durr al-Mandhûd fî Syarh Sunan Abî Dâwud (setebal dua puluh jilid).
Istimewanya, para masyâyikh di atas mempunyai genealogi keilmuan berupa silsilah yang dapat dipertanggungjawabkan ketsiqqah-annya. Mereka rata-rata belajar kepada Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, seorang ulama besar mazhab Sunni di Hijâz, yang silsilahnya menyambung kepada Syaikh Ibrahim al-Bayjuri (Mesir), Muhammad al-Sanusi, al-Iji, Fakhr al-Din al-Razi, al-Ghazali, al-Juwayni (imam Haramayn), Abu Bakar al-Baqilani, Abu Abdillah al-Bahili, Abu Hasan al-Asy’ari, dan seterusnya.
Pertanyaannya sekarang: dimana dan bagaimanakah nasib manuskrip (makhthûthât) kitab-kitab yang telah mereka tulis itu? Jawabannya mungkin sedikit menjadikan hati kita merasa miris: mayoritas manuskrip karya ulama Nusantara tempo doeloe tersimpan dan terawat dengan baik di beberapa museum dan universitas Barat, seperti Leiden (Belanda), Oxford (Inggris), Bonn (Jerman), ANU (Australia), dan lain-lain. Pun, yang lebih intens mengkaji sejarah ulama Nusantara adalah beberapa sarjana Barat, bukan sarjana Muslim. Sejarah ulama Nusantara yang hebat dan agung itu seolah dilupakan dan disia-siakan oleh anak bangsanya sendiri. Barangkali, inilah salah satu akibat terfatal dari keengganan sebagain orang Muslim untuk belajar sejarah.
Beruntung, para masyâyikh di atas mempunyai beberapa murid yang boyong dan mengabdi di Nusantara. Di antara murid-murid mereka yang populer adalah KH. Muhammad Kholil (Bangkalan), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. As’ad Syamsul ‘Arifin (Situbondo), KH. Abbas dan Anas (Cirebon), dan lain-lain. Para kyai tersebut kelak mempunyai beberapa murid semisal KH. Abdul Karim, KH. Marzuqi Dahlan, KH. Mahrus Ali (Lirboyo, Kediri), KH. Jazuli Utsman (Ploso, Kediri), KH. Wahhab Hasbullah (Jombang), KH. Zubair (Sarang, Rembang), KH. ‘Alwi (Senori, Tuban), KH. Faqih (Langitan, Tuban), KH. ‘Aqil Siraj, KH. Sanusi (Ciwaringin, Cirebon), KH. Dimyathi (Banten), KH. Mukhtar Bogor, KH. Rukhiyat (Cipasung, Tasikmalaya), KH. Abdul Halim (Leuwimunding, Majalengka) dan beberapa rama kyai lain.
Dulu, para ajengan-kyai mendirikan beberapa pesantren sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarkan (ilmu-ilmu) Islam. Beberapa kitab yang telah dianggit oleh masyâyikh di atas pun dijadikan pegangan wajib—khususnya bagi kalangan pemula (mubtadi’în), dan banyak dijadikan bahan rujukan. Pesantren (khususnya pesantren tradisional-salaf NU) mempunyai jasa besar, sebab telah menjaga, melestarikan, dan mengajarkan kitab-kitab karangan ulama Nusantara yang tak ternilai harganya itu, sekalipun pesantren kurang dapat mengembangkan semangat produktivitas dan geliat keilmuan yang telah diwariskan oleh ulama Nusantara tersebut, bahkan tak sedikit yang jatuh kedalam kubangan taqlid dan taqdis di hadapan kitab-kitab tersebut.
Lalu bagaimana dengan peran pelajar Nusantara di (atau lulusan) Timur Tengah sekarang ini? Apakah mereka bisa melampaui apa yang telah dicapai oleh para ulama Nusantara di atas? Atau justeru sebaliknya?
Oleh : Ahmad Ginandjar Sya’ban, (Mhs. Universitas Al-Azhar)
Sumber: http://eramuslim.com/berita/tahukah-anda/jejak-langkah-ulama-nusantara-di-timur-tengah.htm

Ta'rifur Rasul

Ta'rifur Rasul

Sinopsis
Rasul adalah seorang lelaki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Definisi rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik di antara manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah berikan kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model, maka kita perlu mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul adalah mempunyai sifat-sifa yang asas, mempunyai mukjizat, sebagai pembawa berita gembira, ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian, juga nampak hasil perbuatannya.
Hasiyah
1. Ar Rasul
Sarahan
  • Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. Rasul adalah manusia pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu dan bapanya sudah dipersiapkan untuk menghasilkan ciri-ciri kerasulannya yang terpilih dan mulia. Mengenal rasul mesti mengetahui apakah peranan dan fungsi rasul yang dibawanya. Terdapat dua peranan rasul iaitu membawa risalah dan sebagai model.
  • Rasul sebagai manusia biasa yang diberikan amanah untuk menyampaikan risalah kepada manusia.
Dalil
  • 18:110, Rasul sebagai manusia biasa seperti mu
  • 6:9, Rasul dalam bentuk Rajul bukan malaikat
  • 33:40, Muhammad SAW sebagai Rasul Allah
2. Hamilu Risalah
Sarahan
  • Rasul membawa risalah kepada manusia, banyak disampaikan di dalam ayat Al Qur'an. Tugas menyampaikan wahyu dan risalah ini adalah tugas dan amanah wajib bagi setiap Rasul. Apa sahaja yang Rasul terima dari Allah maka disampaikan wahyu tadi kepada manusia.
  • Rasul dan orang yang menyampaikan risalah Islam tidak akan takut dengan segala bentuk ancaman kerana ia yakin bahawa yang dibawa dan disampaikannya adalah milik Allah yang memiliki alam semesta dan seisinya. Dengan demikian apabila kita menyampaikan pesan sang pencipta maka pencipta (Allah) akan melindungi dan menolongnya.
Dalil
  • 5:67, Rasul menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah
  • 33:39, orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka tidak takut kepada sesiapapun kecuali hanya kepada Allah sahaja.
3. Qudwatu fi tatbiqu risalah
Sarahan
  • Dalam menjalankan dan mengamalkan Islam, tidak akan mungkin seorang manusia dapat memahami langsung apa-apa yang ada di dalam Al Qur'an kecuali apabila dapat petunjuk dan contoh dari Nabi. Muhammad dan para rasul lainnya mempunyai peranan dalam menjembatani pesan-pesan dari Allah agar dapat diaplikasikan kepada Manusia. Nabi Ibrahim AS sebagai contoh dalam mengelakkan diri dari menyembah sembahan berhala . Walaupun demikian sebagai umat Muhammad yang wajib diikuti hanya kepada Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan yang sesuai dengan pendekatan bagi manusia sekarang.
Dalil
  • 33:21, Muhammad (Rasul) sebagai qudwah yang baik
  • 60:4, Ibrahim AS sebagai ikutan dalam melaksanakn Aqidah
4. Alamatu risalah
Sarahan
  • Agar memahami peranan Rasul lebih mendalam maka kita perlu mengetahui apakah ciri-ciri Rasul sebenarnya. Rasul yang membawa peranan dan amanah yang cukup berat dalam menjalankan tugasnya mempunyai beberapa keistimewaan yang dijelaskan dalam ciri-ciri Rasul itu sendiri. sifat asa, mukjizat, basyirat, nubuwah dan tsamarat.
5. Sifatul Asasiyah
Sarahan
  • Sifat asas rasul adalah akhlak mulia yang terdiri dari sidiq, tabligh, amanah dan fatanah. Sifat asas dan utama ini mesti dipunyai oleh setiap rasul dan orang yang beriman. Tanpa sifat ini maka seorang mukmin kurang mengikuti Islam yang sebenarnya bahkan dapat menggugurkan keislamannya. Misalnya sifat dasar sidiq, RasullulLah menekankan bahawa kejujuran sebagai akhlak yang utama, tanpa sidiq maka gugur keislamannya. Dengan kejujuran yang dimiliki walaupun ia berbuat dosa seperti merogol atau mencuri, masih dapat dimaafkan apabila ia masih mempunyai sifat sidiq. Dengan sifat asas ini maka manusia dijamin hidupnya didunia dan di akhirat akan bahagia.Sifat asas juga bersifat universal ini sangat strategik bagi setiap mukmin dalam menjalankan Islam dan memelihara dirinya dari segala cabaran.
Dalil
  • 68:4, Rasul mempunyai akhlak yang mulia.
6. Mukjizat
Sarahan
  • Banyak mukjizat yang dibawa oleh para Rasul. Setiap Rasul membawa mukjizat yang diberi Allah berbeza-beza seperti nabi Ibrahim yang tidak terbakar, nabi Musa yang membelah lautan, nabi Sulaiman dapat bercakap dengan segala makhluk, nabi Daud yang mempunyai kekuasaan dan lainnya. Nabi Muhammad sendiri banyak mukjizat yang Allah SWT berikan misalnya membelah bulan ketika dicabar oleh orang kafir, Al Qur'an, makluman awal terhadap segala peristiwa yang berlaku dan sebagainya.
  • Dengan mukjizat ini maka manusia semakin yakin dengan apa yang diberikan oleh para Rasul kepada manusia.
Dalil
  • 54:1, Rasul membelah bulan
  • 15:9, Al Qur'an yang dipelihara oleh Allah
7. Al Mubasyarat
Sarahan
  • Ciri kerasulan adalah sudah dimaklumkan oleh manusia-manusia sebelumnya mengenai kedatangannya. Nabi Muhammad SAW sudah dimaklumkan ketika zaman Nabi Isa AS, bahawa akan datang seorang Rasul yang bernama Ahmad (terpuji).
Dalil
  • 61:6, berita gembira yang memaklumkan kedatangan nabi Muhammad SAW
8. An Nubuwah
Sarahan
  • Ciri-ciri rasul lainnya adalah adanya berita kenabian seperti membawa perintah dari Allah untuk manusia keseluruhan seperti perintah haji (pada zaman Nabi Ibrahim) dan perintah - perintah Allah di dalam Al Qur'an (pada zaman Nabi Muhammad)
Dalil
  • 22:26-27, Nabi Ibrahim disuruh oleh Allah untuk memberitahukan kepada manusia agar berhaji.
  • 6:19, Al Qur'an adalah wahyu kepada rasul dan sebagai berita kenabiannya.
  • 25:30, Rasul mengajak ummatnya kepada Al Qur'an tetapi mereka meninggalkannya.
9. Attsamarat
Sarahan
  • Ciri Rasul adalah ada hasil dari perbuatan dakwah dan harakahnya. Tidak ada hasil maka bererti tidak melakukan. Dengan melakukan maka akan menghasilkan hasil walaupun sedikit. Nabi dan Rasul telah membuktikan kepada kita bagaimana hasil dari usaha-usaha dakwah mereka. Nabi Muhammad SAW telah membuktikan dengan usahanya maka didapati perubahan masyarakat dari jahiliyah kepada islamiyah, dari kemusyrikan kepada keimanan dan perubahan-perubahan lainnya. Islam pun tersebar ke seluruh dunia dengan meninggalkan banyak bukti-bukti sejarah yang sampai saat ini dapat dilihat dan dibuktikan.
  • Kader Nabi iaitu para sahabat adalah bukti nyata yang menjadikan perubahan-perubahn di jazirah Arab dan seluruh dunia.
Dalil
  • 48:29, hasil tarbiyah dan dakwah Rasul adalah kader-kader yang tangguh.
Ringkasan Dalil
Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia (5:67, 33:39)
Teladan dalam melaksanakan risalah (33:21, 56, 60:4)
Tanda tanda kerasulan:
Sifat (68:4)
Mukjizat (54:1, 15:9)
Berita kedatangan (61:6)
Berita kenabiaan (25:30, 22:26-27)
Hasil hasil perbuatan (48:29)

Makanatur Rasul

Makanatur Rasul

Sinopsis

Muhammad RasululLah SAW adalah sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah lainnya. Sebagai hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya seperti beliau sebagai manusia, mempunyai nasab dan jasadnya. Sebagai hamba ini menunjukkan bahawa Nabi adalah manusia biasa yang Allah berikan kemuliaan berupa wahyu dari Allah. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari perjalanan sirah Nabi , khususnya di dalam fiqh sirah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai rasul di antara para rasul. Sebgai rasul , Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Alah, dan sebagai pemimpin ummat. Perjalanan nabi sebgai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqh dakwah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fqhul Ahkam. Kedudukan Rasul dapat digambarakan didalam sirah nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah.

Hasiyah

1. Abid min ibadillah

Sarahan

*

Rasul Muhammad SAW adalah sebagai hamba dan manusia biasa yang juga makan, minum, pergi ke pasar, beristeri, berniaga dan segala aktiviti manusia dikerjakan dan ditunaikan dengan baik. Rasul melaksanakan keperluan dan keperluan sebagai mana manusia lainnya melaksanakan keperluannya. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahawa Rasul sebagai manusia dan kita pun sebagai manusia sehingga apa yang dikerjakan oleh Nabi juga dapat dilaksanakan oleh kita secara baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan perintah Rasul kerana Allah telah mengutus Rasul dari kalangan manusia juga.
*

Yang membezakan rasul dengan manusia yang lain ialah Rasul mendapat wahyu iaitu menyuruh kita mengilahkan Allah sahaja.

Dalil

*

18:110, Rasul adalah manusia biasa seumpamamu
*

17:1, Rasul disebut oleh Allah sebagai hambanya

a. Insan

Sarahan

*

Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini menggambarkan suatu aktiviti sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia maka dakwah mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya. Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kaum Yahudi sentiasa menyoal kehadiran Rasul yang berasal dari manusia. Sebetulnya mereka mengada-adakan soalan yang didasari kekufurannya kepada Allah.
*

Rasul sebagai manusia juga dijelaskan dengan peranan Rasul sebagai suami dan bapa dari anak-anaknya. Dengan peranan ini menjadikan manusia lebih sempurna dan dapat mengikutinya dengan baik setiap amalan dan arahannya.

Dalil

*

25:7, Rasul sebagai manusia yang juga makan, berjalan ke pasar
*

13:38, Rasul mempunyai isteri, anak.

b. Nasab

Sarahan

*

Rasul berasal dari kaum Quraish. Bapanya yang bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang sejarah kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi.

Dalil

*

Hadits dan Sirah Nabi

c. Jism

Sarahan

*

Jism nabi Muhammad SAW digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang rapi dan selalu disikat kemas, badannya yang kuat, tingginya sederhana dan sebagainya. Dari gambaran jasad ini Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya.

Dalil

*

Hadits dan sirah

d. Sirah Nabawiyah

Sarahan

*

Penggambaran Nabi sebagai hamba Allah terdapat di dalam sirah nabawiyah. Penggambaan ini dijadikan sebagai pengajaran , menerangkan sesuatu dan juga dapat sebagai petunjuk bagi kita yang membacanya. Dari sirah nabawiyah dapat disimpulkan bahawa Nabi sebagai hamba Allah dan menjalankan aktiviti-aktivitinya sebagai manusia biasa.

Dalil

*

12:111, Kisah di dalam sirah dijadikan sebagai pelajaran

2. Rasul minal mursalin

Sarahan

*

Muhammad SAW selain sebagai hamba biasa juga sebagai Rasul yang mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad seperti Rasul lainnya juga mempunyai mukjizat dan tugas-tugas mulia. Walau bagaimanapun Rasul juga seperti manusia yang akan meninggal pada saatnya.

Dalil

*

3:144, Muhammad itu sebagai Rasul yang sesungguhnya telah terdahulu beberapa Rasul sebelumnya.

a. Tabligh Risalah

Sarahan

*

Peranan Rasul yang utama adalah menyampaikan risalah Tuhan kerana inilah yang membezakan nya dengan manusia biasa. Rasul membawa manusia untuk mengabdi kepada Ilah yang satu iaitu Allah SWT. Menyampaikan misi Islam dan memberikan contoh adalah aktiviti utama para Rasul

Dalil

*

72:28, Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalat Tuhannya.
*

33:39, Rasul yang menyampaikan risalah Agama Allah

b. Adaul Amanah

Sarahan

*

Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul iaitu menyampaikan risalah kepada manusia. Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan peranan Rasul. Bukti bahawa Rasul telah menunaikan amanah ini adalah pengikut-pengikutnya yang setia dan menyebarkan dakwah kepada manusia.

Dalil

*

72:28, Rasul telah menyampaikan risalat Tuhannya.
*

5:67, Rasul diperintahkan untuk menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah

c. Imamatul Ummat

Sarahan

*

Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab ke atas ummatnya. Pada hari kiamat Nabi berperanan sebagai Ummat. Hal ini menunjukkan bahawa Nabi juga bertanggungjawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada ummatnya. Ketika dihari penghitungan di hari kiamat Nabi mempertanggungjawabkan ummatnya.

Dalil

*

4:41, Nabi Muhammad sebagai saksi bagi ummatnya
*

17:71, setiap manusia dengan imamnya di hari kiamat

d. Dakwah Nabawiyah

Sarahan

*

Al Qur'an dan juga Sirah banyak menjelaskan dakwah nabi. Dari kedua ini muncul fiqh dakwah yang bersesuai dengan realiti, tuntutan, keadaan dan respons tempatan. Misalnya Allah menceritakan perjalanan Hijrah Nabi bersama Abu Bakar yang berada di gua Tsur, didapati banyak ular dan berbagai haiwan yang berbahaya, kemudian nabi berkata janganlah takut sesungguhnya Allah bersama kami. Ayat yang menggambarkan dakwah ini menjadi fiqh dakwah bagi para da'i saat ini khususnya memotivasikan kita agar sentiasa berdakwah walaupun menghadapi banyak cabaran dan rintangan.

Dalil

*

9:40, Rasul menasehati Abu Bakar, janganlah berduka cita sesungguhnya Allah bersama kami.

3. Sunnah

Sarahan

*

Dari segi bahasa Sunnah bererti jalan. Maksud Sunnah Nabi adalah segala sesuatu yang disebutkan, diakurkan dan diamalkan. Sunnah Nabi bernilai syar'i dan perlu untuk mengikutinya. Sunnah yang demikian dijadikan sebagai teladan dan ikutan. Sesuatu di luar itu boleh dilaksanakan boleh juga tidak, ia merupakan sesuatu yang tidak wajib seperti Nabi biasa menunggang unta, memakai pakaian budaya Arab, perang dengan pedang, dan sebagainya. Perkara ini adalah wasailul hayah yang boleh berubah dan tidak mesti mengikutinya. Yang perlu diikuti dan bernilai sunnah adalah yang bersifat minhajul Hayat. Sunnah ini dijadikan sebagai fiqh ahkam untuk rujukan beramal atau mengambil keputusan.

Dalil

*

Hadits dan sirah Nabi

a. Fiqhul Ahkam

Sarahan

*

Bagi muslim dalam menjalankan hidup dan dakwah tentunya menghadapi banyak cabaran selain dari bagaimana mesti menjalani hidup ini dengan sempurna. Peranan hukum atau aturan sebagai panduan membawa kita ke arah yang sempurna sangatlah diperlukan. Rasul dijadikan sebagai tempat ketaatan dan ikutan, dan juga sebagai rujukan hukum. Fiqh ahkam yang digunakan sebagai dalil juga memerlukan pandangan sunnah.

Dalil

*

4: 64, 65, Rasul sebagai rujukan hukum dalam mengurus perselisihan

Ringkasan Dalil

Hamba di antara hamba-hamba Allah (18:110, 17:1)

Seorang rasul di antara para Rasul (26:3, 3: 144)

Keadaannya sebagai manusia (25:7, 13:38), nasabnya (hadits) dan jasadnya (hadits)

Penyampai misi (72:28)

Penunai amanah (5:3, 33:39, 5:67)

Pemimpin ummat (4:41, 17:71)

Sirah/perjalanan hidup nabi - fiqhus sirah (12:112)

Dakwah Nabi - fiqhuh dakwah (9:40)

Fiqih hukum (4:65