Selasa, 18 Agustus 2009

Islam di AS, Bersemi Pasca Tragedi

Islam di AS, Bersemi Pasca Tragedi


Seperti judul sebuah karya sastra, "Sengsara Membawa Nikmat", begitulah perkembangan Islam di Amerika Serikat (AS) pasca tragedi 11 September 2001. Mula-mula rakyat AS marah dan melampiaskan kemarahannya kepada kaum Muslimin setempat, tapi kemudian malah tertarik mempelajari dan memeluk agama Islam Sejak tragedi WTC Islam memang tiba-tiba menjadi pembicaraan dan sorotan sangat penting di AS, yang kemudian diikuti dengan berbagai reaksi rakyatnya, mulai dari sikap diskriminatif, perlakuan kekerasan, intimidasi, pelecehan seksual sampai rasa simpati yang begitu besar terhadap ummat Islam.

Reaksi negatif muncul lantaran dipicu oleh pemberitaan media-media AS dengan perspektif miring terhadap Islam. Dampaknya, perlakuan buruk terhadap ummat Islam dan simbol-simbol Islam semakin hari semakin bertambah.

Menurut laporan Council on American-Islamic Relation (CAIR), kekerasan dan diskriminasi yang menimpa ummat Islam Amerika semenjak kasus WTC sampai bulan Februari 2002 lalu telah mencapai 1717 kasus. Bentuknya macam-macam; meliputi penyerangan fisik (289 kasus), pembunuhan (11 kasus), diskriminasi di tempat kerja (166 kasus), diskriminasi di bandara (191 kasus), perlakukan diskriminasi yang dilakukan oleh aparat baik polisi maupun FBI (224 kasus), intimidasi di sekolah (74 kasus), perlakuan kebencian yang lewat e-mail (315 kasus). Yang terbanyak adalah pelecehan seksual terhadap para Muslimah (372 kasus). Salah seorang yang menjadi korban adalah Samar Kaukab (22). Seperti diungkap Sahid edisi Februari lalu, mahasiswi Ohio State University ini dipaksa telanjang untuk digeledah oleh petugas bandara AS, hanya lantaran ia berjilbab. Mereka mencurigai setiap wanita berjilbab berpotensi memiliki hubungan dengan terorisme.

Untunglah, di balik kesulitan ada kemudahan, inna ma'al-usri yusra. Di samping cerita duka itu ada juga berita gembira. Terbetik kabar, terjadi gelombang besar kepedulian masyarakat AS terhadap Islam, pasca tragedi itu. Berbagai buku, berita di internet, majalah, koran, TV tentang Islam banyak mendapat perhatian rakyat AS. Bahkan Al Quran seperti diungkap Bill Schnoeblen, seorang penulis buku spiritual yang cukup dikenal di AS, sejak peristiwa 11 September lalu buku paling laris dan banyak diburu rakyat Amerika adalah Al Quran. "Jutaan orang ingin tahu apa sebenarnya yang ditulis Al Quran sehingga muncul banyak teroris Islam," kata Bill

Scholnoeblen dalam sebuah media lokal Amerika. Sejak peristiwa itu, banyak orang Amerika berebutanbahkan harus antriuntuk mendapatkan Al Quran. Selain Al Quran, buku-buku yang banyak dibaca dan diburu adalah tentang "Islam dan Timur Tengah" serta tentang Terorisme dan Islam". Buku "Bin Laden" karya Yossef Bodansky, buku Simon Reeve berjudul "Osama Bin Laden and the Future of Terrorism" serta buku "Ultimate Terrorist," karya Jessica Stern laris manis di toko-toko buku AS.

Situs internet tentang Islam juga kebanjiran pengunjung. Situs www.relegioustolerance.org, sebuah situs mengenai toleransi antar umat beragama di AS, menyebutkan pernah dikunjungi 6000 orang dalam sehari. Alhasil, sejak itu banyak orang AS mengaku semakin paham tentang Islam. Lembaga riset, Pew Research Center, Desember lalu, melakukan penelitian tentang pandangan dan tingkat kepercayaan publik AS tentang Islam setelah kasus WTC. Hasilnya, 58 % rakyat Amerika memberikan gambaran yang sangat bagus tentang Islam. Kepercayaan rakyat AS terhadap Islam ini jauh meningkat tajam dibanding sebelumnya. Padahal, bulan Maret, tingkat kepercayaan itu hanya 45%. Dalam riset terbaru itu bahkan diakui bahwa motivasi serangan WTC diyakini sebagai motivasi politik (49 %), sedangkan yang menganggap karena motivasi agama hanyalah 30 %.

Yang lebih menggembirakan, berbondong-bondongnya orang AS yang memeluk Islam. Harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan ada sekitar 25 ribu orang Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak kasus 11 September. Jumlah yang cukup besar, karena pada saat normal hanya seperempat dari jumlah itu. Columbia News Service (22/3/2001), menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York.

Salah seorang di antara yang baru memeluk Islam adalah Ramaha. Perempuan ini adalah seorang karyawati yang sedang bertugas di pangkalan angkatan laut di Pelabuhan Mutiara (Pearl Harbour), Hawaii. Ketika Ramaha masih menganut Katolik, ia mengaku telah lama mengalami gejolak batin dan kebingungan, terutama tentang konsep Trinitas.

Ramaha kemudian mengikuti kajian pengantar Islam di Hawaii. Seminggu setelah tragedi 11 September, Ramaha memeluk Islam di sebuah masjid di Manoa, Hawai bersama puluhan orang lainnya. "Suatu perasaan yang sangat lengkap yang pernah saya rasakan, ketika saya menemukan agama ini," ujarnya seperti ditulis oleh surat kabar lokal di Hawaii, The Honolulu Advertiser.

Presiden Assosiasi Muslim Hawaii, Hakim Ouansafi mengatakan, semenjak kejadian 11 September lalu, rata-rata ada sekitar 3 orang AS di Hawaii masuk Islam dalam sebulan. Bahkan, dua bulan setelah terjadinya kasus WTC, orang Hawaii yang masuk Islam meningkat sampai 23 kasus. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ihsan Bagby, Profesor Jurusan Hubungan International di Shaw University , Raleigh, New York City, diperkirakan 4 ribu orang AS masuk Islam pada tahun 2000. Kebanyakan, kata Ihsan seperti di kutip Newsday.com (16/2) lalu, kebanyakan adalah orang AS keturunan Afrika. 4 ribu sisanya adalah orang kulit putih dan 1200 keturunan Hispanik.

Para pengamat agama di AS mengatakan, banyaknya orang AS yang masuk Islam karena agama ini dikenal sangat atraktik dan memiliki pesan-pesan yang universal. Dalam Islam, setiap orang dilahirkan suci lalu kemudian mengabdi dan kembali pada Tuhan. Perubahan itu, kelak membawa orang untuk mengikrarkan dirinya "Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasul-Nya," kata Khalid Yahya Blankiship, Kepala Departemen Agama di Temple University. Khalid telah memeluk Islam sejak tahun 1973 bersama 100 orang lain yang melakukan syahadat kala itu. "Lagi pula, Islam tidak mengenal kelas," lanjut Khalid.

Tapi menurut, Cromwell Crawford, Ketua Departemen Agama Universitas Hawaii-Manoa, munculnya gelombang muallaf AS ini merupakan efek psikologis Nasional adanya kasus 11 September lalu. Sejak terjadinya kasus ini, banyak orang AS mencari informasi tentang Islam yang kemudian membuatnya berubah. Kata Cromwell, kejadian WTC telah merubah hampir semua rakyat Amerika sadar tentang hidupnya. "Suasana negeri ini, kini tengah berganti," kata Cromwell dalam The Honolulu Advertiser.

Memang, kini Islam menjadi agama pilihan di AS. Ribuan orang mengaku mendapatkan hidayah, baik dari balik jeruji besi sampai di sekolah-sekolah. Sebagian muhtadin mengaku bahwa Islam telah menyelamatkannya dari kecanduan minuman keras, alkohol, dan obat-obat terlarang lainnya. Para muhtadin kebanyakan berasal dari penganut Kristen dan Katolik, penganut terbesar di AS. Sebagian lainnya adalah kaum Yahudi.

Ada banyak alasan mengapa orang AS lebih suka memilih Islam. Ada yang masuk Islam karena hubungan baik dan persahabatan, ada yang karena buku dan hasil penelitian, ada yang karena belajar dari internet, serta ada juga yang karena pernikahan. "Saya tidak akan pernah masuk Islam kalau bukan karena Rania," ujar David Nerviani seperti dikutip The New York Times. David adalah petugas bartender di sebuah restoran. Dan calon istrinya, Rania, adalah wanita keturuan Mesir beragama Islam.

Yang menarik, bagi kebanyakan orang AS, Islam dikenal mampu menanggulangi ketergantungan obat terlarang, minuman keras dan alkohol. Contohnya, adalah Maryam Roman (55), warga AS asal Puerto Rico, Amerika Latin. Sejak kecil, Maryam dikenal sebagai anggota keluarga Katolik yang taat di Puerto Rico. Saat dewasa, dia pindah ke New York dan di tumbuh besar di kota metropolitan itu. Di New York ia mendapat pekerjaan mengurus sebuah gedung yang memiliki lingkungan buruk. Tak jauh dari tempatnya terdapat pusat pelacuran dan jaringan peredaran obat-obat terlarang. Akibatnya Roman terlibat dalam jaringaan haram itu. Ia kemudian menjadi agen narkotika lokal dan obat-obat terlarang.

Namanya bisnis narkotika, sekali terlibat sulit untuk lepas darinya. Ia terjerat dalam mata rantai perdagangan obat gelap. Banyak orang mengancam yang keselamatan jiwanya. Roman kemudian berusaha mencari perlindungan dan kedamaian di gereja. Tapi, akhirnya ia harus pulang dengan kecewa. "Aku menuju gereja kesayanganku yang telah lama kukenal. Tapi aku merasa tidak terhibur dan tidak mendapatkan apa-apa," katanya kepada Columbia News Service.

Roman baru mendapatkan hidayah saat pertama mengenal seorang pria beragama Islam yang bekerja sebagai tenaga keamanan di lingkungan rumahnya. Suatu saat, Roman mendapati orang tersebut sedang beribadah dengan cara yang aneh, sehingga ia tergerak untuk bertanya pada pria itu tentang apa yang dia lakukan. Pria tersebut menjelaskan dengan senang hati, kemudian memberinya sebuah kitab kecil yang belakangan dia ketahui bernama Al Quran. Roman membacanya dengan penuh khusuk di rumah. Dari Al Quran itulah, Roman akhirnya mendapatkan nilai-nilai kedisiplinan yang selama ini dicarinya. Tidak beberapa lama, Roman akhirnya memutuskan masuk Islam. "Aku benar-benar merasakan ketenangan," katanya.

Roman, adalah salah seorang diantara sekian ribuan wanita Barat yang sedang memilih memeluk Islam. Fenomena ini cukup menarik karena selama ini di banyak negara, terutama di AS dan Eropa pandangan orang tentang Islam dan Muslimahnya sangat buruk. Wanita Islam digambarkan sebagai orang yang sering dibatasi pergaulan dan dalam tekanan Islam.

Padahal jika mereka selami benar ternyata Islam tidaklah buruk sebagaimana citra sesat itu. Terbukti kemudian banyak perempuan Barat yang tertarik pada Islam. "Ini merupakan revolusi intelektual, saat kaum perempuan sedang menemukan Al Quran dan hak-haknya," ujar Salam Marayati, Direktur Eksekutif Muslim Public Affairs Council.

Kita sedang menantikan ribuan atau jutaan Roman lagi di AS dan berbagai negeri di Eropa yang berbondong-bondong memeluk Islam. "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." (an-Nashr ayat 1-3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar